Jumat, 16 November 2012

Mengenang Sejarah Seorang Dr.H. Chasan Boesoirie, Sp.THT di Maluku Utara



Oleh : Udhy Rusdy
 



KATA  PENGANTAR

Puji syukur kami panjatkan ke hadirat Allah SWT karena hanya dengan karunia-Nya lah maka penulisan catatan singkat biografi ini dapat di selesaikan.
Sekelumit kisah kehidupan dr.H.Chasan Boesoirie ini merupakan kenangan dan pengalaman yang dialami, terutama selama menjalankan tugas sebagai dokter di daerah terpencil, Maluku Utara.

Banyak tokoh-tokoh pejuang terdahulu  di wilayah Maluku Utara yang telah kita lupakan , semoga catatan singkat ini telah mengingatkan  kita akan sejarah Perjuangan seorang  yang saat ini telah di abadikan namanya di beberapa fasilitas maupun instansi di Provinsi Maluku Utara.

Mudah-mudahan catatan singkat ini  juga dapat menggugah rasa kebangsaan bagi para pembaca, khususnya para Generasi Muda.



 Penulis,




                           








Tempo Dulu

Menurut Sumber, dr.Chasan Boesoirie dilahirkan pada tanggal 13 Agustus 1910, tepatnya hari Sabtu Pahing jam 6 sore di Semarang. Nama beliau berbeda dengan saudara-saudaranya karena khusus diamanatkan oleh gurunya bapak beliau ketika masih dalam kandungan berusia tujuh bulan. Gurunya bapak beliau meramalkan bahwa yang akan lahir adalah seorang putra dan hendaknya diberi nama ‘’Chasan Boesoirie’’.

Sesungguhnya beliau bercita-cita untuk menjadi seorang insinyur sipil biasa, tetapi karena kakaknya yang sedianya akan menjadi dokter tenggelam dilaut, dan untuk mewujudkan keinginan orang tuanya, maka setelah beliau selesai MULO, beliau meneruskan sekolah ke NIAS (sekolah kedokteran) di Surabaya. Selama tujuh tahun bersekolah di Surabaya, beliau menjadi anggota Kepanduan Bangsa Indonesia (KBI) yang bercorak Nasional.

Pada tanggal 9 Oktober 1938, beliau menikah di Cimahi  dengan seorang Wanita yang bernama St .Aisjah, walaupun pada waktu itu Beliau belum menyelesaikan Pendidikan kedokterannya. Hal ini disebabkan oleh karena desakan Orang tuanya karena adik perempuan beliau juga akan menikah. Beberapa hari setelah menikah, beliau kembali ke Surabaya untuk melanjutkan pendidikan kedokterannya, sedangkan Istri beliau mengajar pada ‘’ Aisjah Institut ‘’, sekolah yang didirikannya sendiri. Muridnya terdiri dari beragam golongan, termasuk beberapa orang sersan mayor Belanda yang akan mengikuti  ambtenaaren examen. Selain mengajar di Aisjah Institut, istri beliau juga memberikan Les bahasa Belanda kepada istri Asisten Wedana Cimahi dan istri Wedana Cimahi.



Masa Awal Pengabdian

Setelah lulus menjadi seorang dokter pada tanggal 2 Juni 1937, selama 3 bulan beliau bekerja pada Dinas Pemberantasan Malaria di kota Surabaya.  Pada tanggal 9 Oktober 1937 di pindahkan ke Weda, suatu kampong kecil di pantai timur pulau Halmahera yang terdapat tidak lebih dari 50 rumah dengan jumlah penduduk sekitar 1000 orang, mayoritas beragama Islam kecuali di beberapa kampung. Weda termasuk dalam daerah  zelfbestuurende landsrechscappen  Ternate, Tidore dan Bacan dengan Ternate sebagai Ibu Kota.
Berangkat bersama instri, mertua dan Putri beliau Sitti Chasanah yang lahir di kota Surabaya, menuju Ambon dengan kapal  Koninklijk Paketvart Maatschapij (KPM) via Makassar dan dua hari kemudian  dilanjutkan menuju  Weda bersama-sama dengan Hofd van Plaatselijk Bestuur (HPB), kepala pemerintah Belandasetempat, seorang Letnan I Koninklijke Nederlandsche-Indische Leger ( KNIL) bernama Van santen. Di Weda ditempatkan suatu Detasemen KNIL di bawah pimpinan HPB, sedangkan beliau ditujuk menjadi dokter Tentara disamping sebagai dokter pemerintah dan merupakan dokter pertama dan satu-satunya di Weda.

Baru 6 jam di Weda, beliau sudah diminta untuk pergi suatu kampung terbesar kedua setelah Weda yaitu  Patani.,karena ada Epidemi disentri di daerah itu. Istri dan putrid pertama yang berusia 2 bulan beserta kedua mertua beliau, ditinggalkan dirumah yang telah disediakan di Weda.
Di Patani inilah pernah lahir seorang putra Maluku Utara terbaik, yaitu dr.Abdul Gafur dan Ayahnya Abdul Hamid merupakan teman baik Beliau. Jika beliau sedang turnee di pantai Patani, Abdul Hamid selalu menemani beliau.
Menurut sumber keinginan Abdul Gafur berniat menjadi seorang dokter adalah pada saat melihat gerak-gerik dr.Chasan Boesoirie ketika datang berkendaraan Ford Model 1946 , dengan berpakaian Piyama karena sudah larut malam, kemudian memeriksa ibunya yang sedang saki tkeras, dan syukurlah akhirnya bisa sembuh. Meskipun saat itu dia (Abdul Gafur) masih duduk di bangku SD, tetapi dia sudah berniat untuk menjadi seorang dokter.

Di Wedalah beliau (Chasan Boesoirie) membaca Program Kabinet Belanda Colijn yaitu Program bevordering van de kerstening in Nederlandsch-Indie.
Di Maluku Utara ini pun terdapat  Utrechtsche Zendings vereniging  yang bermarkas di kota Tobelo di bawah Pimpinan  seorang Domine Bot.

Sejak tahun 1939 dr.Chasan Boesoirie mendambakan 3 hal,yaitu :
  1. Adanya Zending Islam yang dikelola secara Profesional,
  2. Sebagai seorang sarjana Muslim, beliau menginginkan adanya Universitas Islam,
  3. Sebagai seorang Dokter, beliau menginginkan adanya Rumah sakit Islam.

Atas inisiatif beliau dan teman-temannya, maka didirikan madrasah secara gotong royong. Beliau bersama seorang Klerk kantor pemerintah mengumpulkan gaji mereka satu bulan untuk membeli semen, kawat dan paku. Para ibu-ibu dibawah pimpinan Istri beliau setiap malam mengumpulkan pasir dari pantai. Kapur diperoleh dengan membakar batu karang, sedangkan untuk atap dibuat dari daun sagu dan kayu besi untuk tiang-tiangnya diambil oleh penduduk kampung Sagea dari hutan .
Beliau mengumpulkan anak-anak SD (hanya ada SD 3 tahun, berbeda dengan di Ternate dimana ada SD Belanda dari H.I.S). disamping  itu, beliau beserta kawan-kawannya mendirikan Perkumpulan  yang diberi nama Penyadar, yang kemudian menjadi cabang Muhammadiyah.
Istri beliau mengumpulkan anak-anak gadis dari kampung untuk di ajarkan latihan gerak badan (gymnastiek) dan menjahit.

Biasanya seorang indische arts yang konflik dengan H.P.B, akan segera dipindahkan, tetapi beliau sebagai dokter di sini bertahan lebih dari 4 tahun dan mengalami tiga kali pergantian H.P.B. setelah itu barulah di pindahkan ke Ternate, ibu kota kesultanan Ternate, Tidore dan  Bacan sebagai dokter Indonesia pertama dalam sejarah Ternate menggantikan dokter Belanda yang berpangkat Kapten.

Di Ternate terdapat batalyon KNIL, dan ketika itu banyak orang Belanda yang sudah meningglkan Ternate. Beliau  (dr.Chasan Boesoirie) datang ke Ternate melalui jalan darat, jalan setapak yang menghubungkan pantai Halmahera Timur sepanjang 27 km di tempuh selama 1 hari dengan menginap satu malam di hutan. Pada saat itu  istri beliau yang sedang hamil tua ditandu, kemudian menyusuri pantai dengan perahu karena di pulau halmahera belum ada jalan darat. Di ahir bulan desember 1941, Zubaidah puteri beliau yang ke tiga lahir dengan selamat.

Pada bulan Januari 1942, jepang menjatuhkan bom pertama di Ternate kemudian bulan April, ketika kapal-kapal perang jepang datang, tentara-tentara KNIL berlarian. Apalagi saat pesawat Jepang terbang mengelilingi Kota Ternate memberikan ultimatum untuk menyerah. Atas desakan istri beliau, HPB Ternate lari ke Rumah sakit , pada saat beliau  menjalankan kewajiban sebagai satu-satunya dokter. Dimintanya kain seprei putih untuk dikibarkan sebagai tanda menyerah. Dengan berperahu, beliau mengantarkan HPB dan seorang pekerja social wanita Belanda ke kapal Perang. Orang-orang belanda lainya berkumpul di Benteng Fort Oranye, di antaranya ada istri HPB yang pernah memberi penilaian terhadap dokter Indonesia dengan mengucapkan kata-kata’’ Wie laat zich door een indische arts behandelen’’ (siapa yang mau dirawat oleh seorang indische arts), dengan nada mengejek. Ternyata waktu dia berada dalam tahanan dan dia menderita sakit  ia meminta pertolongan pada beliau (dr.Chasan Boesoirie), dan beliau katakana padanya; ,,lho nyony kan tidak mau dirawat oleh indische arts’’.

Inilah sekelumit gambaran suka duka seorang dokter di daerah yang waktu itu sangat terpencil ……


Masa Pendudukan Jepang

Dr. Chasan Boesoirie ditunjuk sebagai dokter kepala membawahi dokter-dokter di Maluku Utara. Pada waktu itu dokter dari Tobelo dan suku Ambon di tangkap karena menyimpan barang-barang H.P.B. beliau meminta pada pemerintah Jepang untuk membebaskannya dan ditempatkan di Weda.
Pekerjaan beliau berjalan normal sampai pada suatu hari bulan mei 1942, Ternate di bom oleh sekutu. Kampung Cina hancur dan puluhan orang meninggal serta luka parah, yang luka diangkut ke rumah sakit. Dr. Chasan Boesoirie dibantu oleh beberapa perawat dengan peralatan dan obat-obatan yang sangat terbatas, sehingga beliau hanya menangani beberapa kasus saja sedangkan sebagian besar dari mereka tidak tertolong.

Perlakuan Jepang pada beliau sangat baik, mungkin dikarenakan mereka para serdadu Jepang selalu membutuhkan beliau.
Selama pendudukan Jepang ada dua peristiwa yang beliau alami. Karena Ternate sering di bom oleh sekutu, maka hamper semua penduduk mengungsi ke pulau Tidore atau ke atas gunung. Poliklinik dipindahkan dibawah kebun pala. Setelah pemboman beliau bersama dua orang perawat mencari korban.

Pada tanggal 24 April 1945, beliau menerima surat dari Sultan Ternate yang dibawah oleh kurir. Isinya meminta beliau untuk segera dating ke tempat pengungsian yang letaknya kurang lebih satu jam berjalan kaki melalui hutan dan jurang-jurang. Di tempat Sultan berada, kepada beliau diperlihatkan surat yang ditanda tangani ole van mook.  Dalam surat itu tertulis bahwa  Beliau bersama Sultan meninggalkan Ternate ke suatu tempat dimana perahu telah menunggu. Dari sana mereka akan dibawa ke pulau Hiri, tidak jauh dari Ternate. Orang-orang Indo Belanda juga harus diberitahu bahwa Ternate akan di bom selama dua hari.

Pada ahir Juni 1945, dr.Chasan Boesoirie di Tangkap, dan dibawa ke kamp konsentrasi di mana telah berkumpul kurang lebih 20 orang.  Beliau dipanggil oleh kepala pemerintah Jepang dan menagatakan bahwa semestinya dr.Chasan Boesoirie harus ditahan di kamp militer, tetapi beliau menolak.
Tanggal 25 Agustus 1945, beliau bersama para tahanan lainnya berkumpul di suatu tempat dimana terdapat lebih dari 40 orang, antara lain kepala-kepala kampung di Ternate dan Tidore serta pegawai-pegwai pemerintah serta orang jepang lainya. Kemudian Kepala Pemerintah Jepang yang selalu melindungi beliau,juga terhadap orang-orang jepang lainya mengatakan ;’’ Tuan-tuan, perang sudah selesai (sebelumnya kami  tidak mengetahui adanya kapitulasi Jepang  dan kami  harus pergi dari Ternate. Tuan-tuan harus pilih kepala daerah untuk menggantikan kami’’

Maka ketika itu diusulkan 3 orang calon yaitu : beliau sendiri (dr.Chasan Boesoirie, Selamet; seorang penyuluh pertanian, dan Arnold Mononutu,; seorang politikus yang pernah bersama-sama bung Hatta di negeri Belanda yang dikemudian hari menjadi Menteri Penerangan Kabinet R.I.S.
Dari ketiga calon ini,  dr. Chasan Boesoirie terpilih sebagai Kepala Daerah dengan mendapat suara terbanyak, sehingga beliau menerima penyerahan Pemerintahan dari Jepang dan meminta Slamet dan Arnold Mononutu untuk membantu beliau dalam tugas menata pemerintahan di Ternate.





Masa Peralihan 

Belum seminggu  menjabat menjadi Kepala daerah ad interim, dr.Chasan Boesoirie mendapat panggilan dari Sultan Ternate yang berada di Morotai, bekas markas besar Jebderal Mac Arthur. Dengan menggunakan perahu Beliau berangkat ke Daruba (Morotai) yang memakan waktu 5 hari perjalanan. Sampai disana beliau di terima oleh Sultan yang saat itu berpangkat letnan colonel (residen Maluku Utara). Pada saat beliau brada di morotai baru beliau mendengar tentang Sutan Sjahrir, tetapi kurang jelas tentang adanya Proklamasi kemerdekaan. Hal ini dikarenakan dr.Chasan Boesoirie dan teman-temannya benar-benar terisolasi dari bagian Indonesia lainya. Di Daruba, beliau diintrogasi oleh seorang kapten intel Belanda. Ditanyakan mengapa tidak mematuhi perintah Van Mook untuk lari ke morotai, dan beliau hanya mengatakan ; ‘’tuan adalah seorang militer dan saya seorang dokter. Tuan tidak akan mengerti, di satu pihak tuan harus membunuh banyak musuh sedangkan saya harus menyelamatkan banyak jiwa..’’.

Bulan September 1945, sultan kembali ke Ternate dengan 2 koervet Australia. Dr. chsan boesoirie segara mmberitahukan kawan-kawannya agar berkumpul dilapangan Tennis Ternate. Beliau membawa bendera Merah Putih dan mengibarkannya. Sultan datang dikawal serdadu Australia dan beberapa opsir Nederlands Indies Civil Administration (N.I.C.A). mereka memerintahkan untuk menurunkan Dwi Warna, tetapi dr.Chasan Boesoirie bersama-sama kawan-kawannya menolak. Seorang opsir Australia maju kedepan kemudian menurunkan bendera Merah Putih, segera beliau komandankan untuk menyanyikan lagu Indonesia Raya. Pusung, seorang guru H.I.S maju ke depan mengumandangkan bersama-sama lagu Kebangsaan Indonesia Raya, dan pada saat itu mereka semua merasa sedih melihat Sang Dwi Warna di turunkan.

Pada bulan Desember 1945, beliau bersama Arnol Mononutu dipanggil oleh Sultan. Oleh Sultan Mereka di anjurkan untuk membentuk suatu Partai bercorak rijksverband untuk mencapai Kemerdekaan. Ahirnya beliau (dr.Chasan Boesoirie) bersikap Akomodatif. N.I.C.A tahu bahwa dr.Chasan Boesoiria adalah seorang Republiken karena di rumah beliau terpancang bendera besar Merah Putih yang jelas terlihat dari jalan.
Partai yang didirikan oleh dr.Chasan Boesoirie Cs itu di beri nama partai persatuan Indonesi yang di ketuai oleh seorang eks Digulisi.

Bulan Februari 1946, anggaran dasar di rubah ‘’rijksverband menuntut kemerdekaan penuh. Dr.Chasan Boesoirie di pilih sebagai ketua, dan Arnol monotu sebagai  sekertri. Bagian Pemuda diketuai oleh Abdjan Soleman yang beberapa tahun yang lalu menjabat Rohisdam Siliwangi. Mereka saling kenal karena ayahnya menjabat sebagai kepala distrik di weda, seorang mitra perjuangan sewaktu beliau menjadi dokter di sana.

Tanggal 30 April 1946, bertepatan dengan hari ulang tahun Ratu Juliana I, beliau disodori telegram yang menyatakan bahwa beliau dipindahkan ke Tanah Merah dengan segera, akan tetapi beliau menolaknya. Telegram kedua menyusul disertai dengan kata ‘’imperatif’’ (harus) bahwa belaiau harus segera ke merauke baru ke Tanah Merah yang letaknya jauh dari Digul..

Sebagai seorang dokter satu-satunya, dr. Chasan Boesoirie di terima oleh seluruh lapisan masyarakat dari Sultan sampai Rakyat Jelata. Beliau dipilih menjadi anggota dewan kota dan wakil wali kota, juga dipilih menjadi ketua dewan Maluku Utara, sehingga disegani oleh N.I.C.A. orang Belanda pernah menamakan beliau ;’’De ongekroon Sultan van Ternate  ( Sultan Ternate tak bermahkota )’’.

Menjelang konferensi Malino tanggal 16 Juni 1946, dr. Chasan Boesoirie bersama seorang   bestuurambtenaar   dari Tidore, juga seorang progresif simpatisan P.I, dipilih oleh kepala kampong Ternate dan tidore sebagai wakil Maluku Utara ke Malino. Semua daerah Indonesia Timur dan Bali sampe Flores dan Irian Barat terwakili. Yang menjadi ketua konferensi adalah Van Mook. Disanalah nama Irian pertama kali diperkenalkan oleh Wakilnya. Irian berarti tanahpanas , semua daerah mengemukakan keinginannya dan dijamin bebas.

Masa Pasca Kemerdekaan                               

Setibanya beliau di Bandung, beliau merasa bahwa dirinya layak sebagai seorang dukun, karena slama hidup di Ternate beliau merasa sangat terisolasi dari dunia Kedokteran.
Tahun 1952, pada saat adanya gerakan menjadikan Maluku Utara menjadi suatu provinsi (Maluku Utara memisahkan diri dari Maluku Selatan), datang sebuah delegasi dari Maluku Utarak Bandung untuk meminta kesediaan beliau menjadi Gubernur. Beliau menolak dengan mengatakan ‘’ Politisi masih banyak tetapi medisi sangat kurang, jadi pilihan saya adalah tetap menjadi dokter’’ demikian kata beliau saat itu. Tetapi beliau sempat diminta  menjadi anggota delegasi Maluku Utara pada Musyawarah Nasional (munas) di Jakarta.
Sultan Ternate pernah menerima surat dari  Soumokil Presiden dari apa yang dinamakan Republik Maluku Selatan (RMS) untuk bergabung tetapi beliau (sulatan Ternate) menolak.
Perjalanan demi perjalanan karier beliau di dunia kedokteran selama di Bandung , beliau  menjalaninya dengan penuh  semangat tanpa mengenal apa itu lelah, di beri tanggung jawab sebagai pimpinan di beberapa Rumah Sakit yang selalu saja  peralatannya sangat terbatas, tetapi beliau tetap menjalaninya sampai tiba masa pensiunan beliau.






Penutup

Bersama dengan Istri tercinta, beliau mengarungi kehidupan ini menuju pantai bahagia dengan berbagai godaan, hambatan yang silih berganti, dihadapai bersama secara bahu membahu. Beliau sangat bersyukur telah memiliki harta yang sangat berharga, yaitu anak-anak beliau yang telah berhasil menyelesaikan sekolahnya sampai ke jenjang perguruan tinggi dan masing-masing telah membina bahtera keluarga menempuh gelombang kehidupannya. Dari mereka semua ini, beliau dikaruniai 27 orang cucu dan seorang cicit (masa pernikahan 60 tahun). Semua yang beliau riwayatkan di atas mustahil bisa terjadi dan terlaksana tanpa pendamping yang sholihah dan sangat setia, yaitu istri beliau, pilihan pertama dan terakhir hingga akhir hayat. Hanya dengan mengucapkan syukur alhamdulillah  atas semua yang telah beliau  laksnakan dengan keikhlasan, semoga menjadi panutan buat kita semua dalam menjalani kehidupan kita sehari-hari.
Sebagai memori yang tak akan terlupakan,  nama ‘’Chasan Boesoirie’’ telah di abadikan sebagai nama Jalan, Sekolah dan Rumah Sakit yang ada di Kota Ternate Provinsi Maluku Utara.  

Ucapan Terima Kasih saya persembahkan  buat ;
  • Keluarga Besar Dr. H. Chasan Boesoirie  atas dedikasinya sehingga telah terselesainya  catatan singkat tentang   sejarah  sepak terjang sosok seorang  Dr.H.Chasan Boesoirie di Maluku Utara.
  • Terima Kasih buat dr. M.Zein Pattiiha, Sp.PD yang telah memberikan informasi tentang keberadaan keluarga besar Dr.H.Chasan Boesoirie.

Sebagai kata penutup ’’ apalah arti sebuah nama kalau kita tidak tau dari mana asal usul nama tersebut ‘’……  
Semoga catatan  biografi sosok seorang tokoh ini bisa membuka wawasan kita untuk menghargai para pejuang kita tempo doeloe dan menjadikan mereka sebagai Pahlawan ….





DAFTAR KELUARGA Dr.H.CHASAN BOESOIRIE, Sp.THT


NAMA                                                  : Dr. H. CHASAN BOESOIRIE, Sp.THT
TEMPAT/TGL LAHIR                        : SEMARANG, 13 AGUSTUS  1910
MENINGGAL                                      : BANDUNG, 24 FEBRUARI 1999
ISTRI                                                      : HJ. ST. AISJAH
TEMPAT/TGL LAHIR                        : BANDUNG, 12 DESEMBER 1916
MENINGGAL                                      : BANDUNG, 28 APRIL 2001


PUTRA-PUTRI Dr. H. CHASAN BOESOIRIE, Sp.THT


No
N  a  m  a
Tempat/ Tgl Lahir

1
St. Chasanah, SH
Surabaya, 22 Juli 1937
2
Dra. St. Muthmainnah
Weda, 30 September 1939
3
St. Zubaidah, SE
Ternate, 30 Desember 1941
4
DR. St. Marliah,Dra,Psi
Ternate, 24 Agustus 1943
5
St. Roliah, SE
Ternate, 8 Januari 1945
6
Prof.DR.Dr. M. Thaufiq S Boesoirie,MSc,Sp.THT
Ternate, 29 Mei 1947
7
Dr. M. Cholid Boesoirie (Alm.24 April 2002)
Ternate, 12 Januari 1949
8
M. Kodrat Boesoirie (Alm. 23 Februari 1950)
Bandung, 22 Februari 1950
9
Dr. M. Rafiq Boesoirie, Sp.An
Bandung, 8 September 1951
10
Dr. M. Kautsar Boesoirie, Sp.M
Bandung, 30 April 1953
Nama Chasan Boesoirie Yang di abadikan di beberapa Fasilitas antara lain:
  1. Nama Jalan yang terletak di pusat Kota Ternate, yaitu Kelurahan Gamalama mulai dari Sekolah Cina lurus ke utara sampai masjid muttaqin
  2. Nama Sekolah Dasar; SD Hasan Boesoirie, terletak di kelurahan Maliaro Kota Ternate Tengah
  3. Nama RSU Ternate yang juga merupakan salah satu rumah sakit pusat rujukan yang ada di provinsi maluku utara yaitu; RSUD Dr.H.Chasan Boesoirie Ternate.... 

13 komentar:

  1. Nice info. Saya keponakan dari istrinya Dr. M. Rafiq Boesoirie. Keluarga saya bilang kalau Uwa Rafiq (sebutan saya untuk Dr. Rafiq) adalah anak seorang Dokter terkenal dimasanya. Saya tinggal di cimahi seperti istri Dr. Chasan Boesoirie. Saya penasaran & mulai searching di google bertemulah dengan info ini hehehe. Salam kenal ;)

    BalasHapus
    Balasan
    1. Iya benar skali Febby... Pak Taufiq adalah Putra Ke VI yang lahirnya di Ternate ...seperti yg dicantumkan pada dftar keluarga besar Dr. Chasan Boesoirie..... Kami semua khususnya Masyarakat di Maluku Utara sangat bangga dgn mempunyai sosok seorang Pahlawan kami yaitu Bapak Dr. H.Chasan Boesoirie yg skarang di abadikan namanya di beberapa fasilitas termasuk Rumah sakit Umum kebanggaan masyarakat Maluku Utara itu sendiri.....yaitu RSUD Dr. Chasan Boesoirie Ternate...terima kasih n salam kenal juga ya.... (by://..Udhy Rusdy/ Bag. Perencanaan dan Pengembangan RSUD Dr. H.Chasan Boesoirie Ternate..)

      Hapus
    2. Bang Udhy.. Adakah Foto Sosok Seorang Chasan Boesoirie tersebut. Ataw foto keluarga yg bisa dilihat atw dipublikasikan sebagai sosok Chasan Boesoirie

      Hapus
  2. Saya beruntung kenal dan lumayan dekat dengan dr. M. Kautsar Boesoirie., Sp. M., MM .. Luar biasa sekali sosok beliau cerdas, humble, dan diteil bgt.... Beliau juga Mantan Direktur cicendo bandung.... Saya melihat buah jatuh tidak jauh dari pohonnya..

    BalasHapus
    Balasan
    1. Iya benar sekali Pak Dadang ... makasih ya atas ksempatan melirik catatan singkat ini.. hehehe.. salam santun ya..

      Hapus
  3. Jiwa kejuangan dan rela berkorban/patriotism almarhum patut dan layak diwarisi oleh segenap generasi penerus masa kini...teladan...bagi kami rakyat Maluku Utara...beliau adalah pahlawan...!!!

    BalasHapus
  4. adakah buku biografi dr.chasan boesoirie??

    BalasHapus
  5. Makasi dengan biografi singkat yang di ulas ini..setidak ini bisa jadi bahan referensi bagi generasi muda di Malut tetkait dengan sosok fenomenal ini untuk kepentingan ilmiah..luar buasa saluttt..

    BalasHapus
  6. Bang Udhy salam kenal
    Saya M.Nashar putra dari Siti Chasanah cucunya dr Chasan Boesoerie dan Muhammad Rafizal adalah putra sy jd cicit dari beliau. Terima kasih atas tulisanya mengenai kakek saya semoga kita ada kesempatan utk bs bertemu ya

    Salam M. Nashar

    BalasHapus
    Balasan
    1. Salam saudaraku Muhammad Nashar..
      Subhanallah.. tak menyangka kalo sepotong catatan ini bisa menjalin tali silaturrahim kita walau hanya lewat media ini.. kami sangat bangga dan hormat dengan beliau yang merupakan sosok Pahlawan yang bagi kami adalah Pahlawan Besar untuk daerah kami Maluku Utara..
      smoga seluruh keluarganya sehat selalu , Inshaa Allah..

      salam sayang kami dari jauh ujung Nusantara buat seluruh keluarga Dr. H.Chasan Boesoirie

      Hapus
  7. Makasih bang Udy, sudah berbagi referensi šŸ™

    BalasHapus
  8. Tahun 1981 alm (Prof Chasan Boesoirie) masih memberi kuliah Etika Kedokteran (berarti usia 71 thn), tubuh tinggi, agak kurus (mungkin krn usia), tapi suaranya tetap keras meski tanpa bantuan mic. Baru tau skrg cerita kepahlawanan dosen FK-Unpad ini. Kaget, kagum dan terharu. Alfatihah..buat guru sy, semoga surga bagi almarhum atas bakti kemanusiaan sepanjang hidupnya.

    BalasHapus
  9. Harrah's Lake Tahoe Casino & Hotel - Mapyro
    Welcome to Harrah's Lake Tahoe Casino & Hotel. We have over 80+ slot machines, live ģ¶©ģ²­ė¶ė„ ģ¶œģž„ė§ˆģ‚¬ģ§€ entertainment, a popular poker room, and a ģ„œź·€ķ¬ ģ¶œģž„ģ•ˆė§ˆ casino with ģ†ģ“ˆ ģ¶œģž„ģ•ˆė§ˆ over 2,000 games. Rating: 3.7 ź°•ģ›ė„ ģ¶œģž„ģƒµ · ‎22 reviews ź³„ė£” ģ¶œģž„ģ•ˆė§ˆ

    BalasHapus