Oleh : Udhy Rusdy
KATA
PENGANTAR
Puji
syukur kami panjatkan ke hadirat Allah SWT karena hanya dengan karunia-Nya lah
maka penulisan catatan singkat biografi ini dapat di selesaikan.
Sekelumit
kisah kehidupan dr.H.Chasan Boesoirie ini merupakan kenangan dan pengalaman
yang dialami, terutama selama menjalankan tugas sebagai dokter di daerah
terpencil, Maluku Utara.
Banyak
tokoh-tokoh pejuang terdahulu di wilayah
Maluku Utara yang telah kita lupakan , semoga catatan singkat ini telah
mengingatkan kita akan sejarah Perjuangan
seorang yang saat ini telah di abadikan
namanya di beberapa fasilitas maupun instansi di Provinsi Maluku Utara.
Mudah-mudahan
catatan singkat ini juga dapat menggugah
rasa kebangsaan bagi para pembaca, khususnya para Generasi Muda.
Penulis,
Tempo Dulu
Menurut
Sumber, dr.Chasan Boesoirie dilahirkan pada tanggal 13 Agustus 1910, tepatnya
hari Sabtu Pahing jam 6 sore di Semarang.
Nama beliau berbeda dengan saudara-saudaranya karena khusus diamanatkan oleh
gurunya bapak beliau ketika masih dalam kandungan berusia tujuh bulan. Gurunya
bapak beliau meramalkan bahwa yang akan lahir adalah seorang putra dan
hendaknya diberi nama ‘’Chasan Boesoirie’’.
Sesungguhnya
beliau bercita-cita untuk menjadi seorang insinyur sipil biasa, tetapi karena
kakaknya yang sedianya akan menjadi dokter tenggelam dilaut, dan untuk
mewujudkan keinginan orang tuanya, maka setelah beliau selesai MULO, beliau
meneruskan sekolah ke NIAS (sekolah kedokteran) di Surabaya. Selama tujuh tahun
bersekolah di Surabaya,
beliau menjadi anggota Kepanduan Bangsa Indonesia
(KBI) yang bercorak Nasional.
Pada
tanggal 9 Oktober 1938, beliau menikah di Cimahi dengan seorang Wanita yang bernama St
.Aisjah, walaupun pada waktu itu Beliau belum menyelesaikan Pendidikan
kedokterannya. Hal ini disebabkan oleh karena desakan Orang tuanya karena adik
perempuan beliau juga akan menikah. Beberapa hari setelah menikah, beliau
kembali ke Surabaya
untuk melanjutkan pendidikan kedokterannya, sedangkan Istri beliau mengajar
pada ‘’ Aisjah Institut ‘’, sekolah yang didirikannya sendiri. Muridnya terdiri
dari beragam golongan, termasuk beberapa orang sersan mayor Belanda yang akan
mengikuti ambtenaaren examen. Selain mengajar di Aisjah Institut, istri
beliau juga memberikan Les bahasa Belanda kepada istri Asisten Wedana Cimahi
dan istri Wedana Cimahi.
Masa
Awal Pengabdian
Setelah
lulus menjadi seorang dokter pada tanggal 2 Juni 1937, selama 3 bulan beliau
bekerja pada Dinas Pemberantasan Malaria di kota
Surabaya. Pada tanggal 9 Oktober 1937 di pindahkan ke
Weda, suatu kampong kecil di pantai timur pulau Halmahera yang terdapat tidak
lebih dari 50 rumah dengan jumlah penduduk sekitar 1000 orang, mayoritas
beragama Islam kecuali di beberapa kampung. Weda termasuk dalam daerah zelfbestuurende
landsrechscappen Ternate,
Tidore dan Bacan dengan Ternate sebagai Ibu Kota.
Berangkat
bersama instri, mertua dan Putri beliau Sitti Chasanah yang lahir di kota
Surabaya, menuju Ambon dengan kapal Koninklijk
Paketvart Maatschapij (KPM) via Makassar dan dua hari kemudian dilanjutkan menuju Weda bersama-sama dengan Hofd van Plaatselijk Bestuur (HPB), kepala pemerintah
Belandasetempat, seorang Letnan I Koninklijke Nederlandsche-Indische Leger (
KNIL) bernama Van santen. Di Weda ditempatkan suatu Detasemen KNIL di
bawah pimpinan HPB, sedangkan beliau ditujuk menjadi dokter Tentara disamping sebagai
dokter pemerintah dan merupakan dokter pertama dan satu-satunya di Weda.
Baru
6 jam di Weda, beliau sudah diminta untuk pergi suatu kampung terbesar kedua
setelah Weda yaitu Patani.,karena ada Epidemi disentri di
daerah itu. Istri dan putrid pertama yang berusia 2 bulan beserta kedua mertua
beliau, ditinggalkan dirumah yang telah disediakan di Weda.
Di
Patani inilah pernah lahir seorang putra Maluku Utara terbaik, yaitu dr.Abdul
Gafur dan Ayahnya Abdul Hamid merupakan teman baik Beliau. Jika beliau sedang
turnee di pantai Patani, Abdul Hamid selalu menemani beliau.
Menurut
sumber keinginan Abdul Gafur berniat menjadi seorang dokter adalah pada saat
melihat gerak-gerik dr.Chasan Boesoirie ketika datang berkendaraan Ford Model 1946 , dengan berpakaian Piyama karena sudah larut
malam, kemudian memeriksa ibunya yang sedang saki tkeras, dan syukurlah akhirnya bisa sembuh. Meskipun saat itu dia (Abdul
Gafur) masih duduk di bangku SD, tetapi dia sudah berniat untuk menjadi seorang
dokter.
Di
Wedalah beliau (Chasan Boesoirie) membaca Program Kabinet Belanda Colijn
yaitu Program bevordering van de
kerstening in Nederlandsch-Indie.
Di
Maluku Utara ini pun terdapat Utrechtsche Zendings vereniging yang bermarkas di kota Tobelo di bawah Pimpinan seorang Domine Bot.
Sejak
tahun 1939 dr.Chasan Boesoirie mendambakan 3 hal,yaitu :
- Adanya Zending Islam yang dikelola secara Profesional,
- Sebagai seorang sarjana Muslim, beliau menginginkan adanya Universitas Islam,
- Sebagai seorang Dokter, beliau menginginkan adanya Rumah sakit Islam.
Atas
inisiatif beliau dan teman-temannya, maka didirikan madrasah secara gotong royong. Beliau bersama seorang Klerk
kantor pemerintah mengumpulkan gaji mereka satu bulan untuk membeli semen,
kawat dan paku. Para ibu-ibu dibawah pimpinan
Istri beliau setiap
malam mengumpulkan pasir dari pantai. Kapur diperoleh dengan membakar batu
karang, sedangkan untuk atap dibuat dari daun sagu dan kayu besi untuk tiang-tiangnya
diambil oleh penduduk kampung Sagea dari hutan .
Beliau
mengumpulkan anak-anak SD (hanya ada SD 3 tahun, berbeda dengan di Ternate
dimana ada SD Belanda dari H.I.S). disamping
itu, beliau beserta kawan-kawannya mendirikan Perkumpulan yang diberi nama
Penyadar, yang kemudian menjadi
cabang Muhammadiyah.
Istri
beliau mengumpulkan anak-anak gadis dari kampung untuk di ajarkan latihan gerak
badan (gymnastiek) dan menjahit.
Biasanya
seorang indische arts yang konflik
dengan H.P.B, akan segera dipindahkan, tetapi beliau sebagai dokter di sini
bertahan lebih dari 4 tahun dan
mengalami tiga kali pergantian H.P.B. setelah itu barulah di pindahkan ke
Ternate, ibu
kota kesultanan Ternate, Tidore dan
Bacan sebagai dokter Indonesia pertama dalam sejarah Ternate menggantikan dokter Belanda yang
berpangkat Kapten.
Di
Ternate terdapat batalyon KNIL, dan ketika itu banyak orang Belanda yang sudah
meningglkan Ternate. Beliau (dr.Chasan Boesoirie) datang ke Ternate melalui jalan darat,
jalan setapak yang menghubungkan pantai Halmahera Timur sepanjang 27 km di
tempuh selama 1 hari dengan menginap satu malam di hutan. Pada saat itu istri beliau yang sedang hamil tua ditandu,
kemudian menyusuri pantai dengan perahu karena di pulau halmahera belum ada
jalan darat. Di ahir
bulan desember 1941, Zubaidah puteri beliau yang ke tiga lahir dengan selamat.
Pada
bulan Januari 1942, jepang menjatuhkan bom pertama di Ternate kemudian bulan
April, ketika kapal-kapal perang jepang datang, tentara-tentara KNIL berlarian.
Apalagi saat pesawat Jepang terbang mengelilingi Kota Ternate memberikan
ultimatum untuk menyerah. Atas desakan istri beliau, HPB Ternate lari ke Rumah
sakit , pada saat beliau menjalankan
kewajiban sebagai satu-satunya dokter. Dimintanya kain seprei putih untuk
dikibarkan sebagai tanda menyerah. Dengan berperahu, beliau mengantarkan HPB
dan seorang pekerja social wanita Belanda ke kapal Perang. Orang-orang belanda
lainya berkumpul di Benteng Fort Oranye, di
antaranya ada istri HPB yang pernah memberi penilaian terhadap dokter Indonesia
dengan mengucapkan kata-kata’’ Wie laat
zich door een indische arts behandelen’’ (siapa yang mau dirawat oleh
seorang indische arts), dengan nada mengejek. Ternyata waktu dia berada dalam
tahanan dan dia menderita sakit ia
meminta pertolongan pada beliau (dr.Chasan Boesoirie), dan beliau katakana
padanya; ,,lho nyony kan
tidak mau dirawat oleh indische arts’’.
Inilah sekelumit
gambaran suka duka seorang dokter di daerah yang waktu itu sangat terpencil ……
Masa
Pendudukan Jepang
Dr.
Chasan Boesoirie ditunjuk sebagai dokter kepala membawahi dokter-dokter di
Maluku Utara. Pada waktu itu dokter dari Tobelo dan suku Ambon
di tangkap karena menyimpan barang-barang H.P.B. beliau meminta pada pemerintah
Jepang untuk membebaskannya dan ditempatkan di Weda.
Pekerjaan
beliau berjalan normal sampai pada suatu hari bulan mei 1942, Ternate di bom
oleh sekutu. Kampung Cina hancur dan puluhan orang meninggal serta luka parah,
yang luka diangkut ke rumah sakit. Dr. Chasan Boesoirie dibantu oleh beberapa
perawat dengan peralatan dan obat-obatan yang sangat terbatas, sehingga beliau
hanya menangani beberapa kasus saja sedangkan sebagian besar dari mereka tidak
tertolong.
Perlakuan
Jepang pada beliau sangat baik, mungkin dikarenakan mereka para serdadu Jepang
selalu membutuhkan beliau.
Selama
pendudukan Jepang ada dua peristiwa yang beliau alami. Karena Ternate sering di
bom oleh sekutu, maka hamper semua penduduk mengungsi ke pulau Tidore atau ke
atas gunung. Poliklinik dipindahkan dibawah kebun pala. Setelah pemboman beliau
bersama dua orang perawat mencari korban.
Pada
tanggal 24 April 1945, beliau menerima surat
dari Sultan Ternate yang dibawah oleh kurir. Isinya meminta beliau untuk segera
dating ke tempat pengungsian yang letaknya kurang lebih satu jam berjalan kaki
melalui hutan dan jurang-jurang. Di tempat Sultan berada, kepada beliau
diperlihatkan surat
yang ditanda tangani ole van mook. Dalam surat
itu tertulis bahwa Beliau bersama Sultan
meninggalkan Ternate ke suatu tempat dimana perahu telah menunggu. Dari sana mereka akan dibawa ke pulau Hiri, tidak jauh dari Ternate. Orang-orang Indo Belanda juga harus diberitahu
bahwa Ternate akan di bom selama dua hari.
Pada
ahir Juni 1945, dr.Chasan Boesoirie di Tangkap, dan dibawa ke kamp konsentrasi
di mana telah berkumpul kurang lebih 20 orang.
Beliau dipanggil oleh kepala pemerintah Jepang dan menagatakan bahwa
semestinya dr.Chasan Boesoirie harus ditahan di kamp militer, tetapi beliau
menolak.
Tanggal
25 Agustus 1945, beliau bersama para tahanan lainnya berkumpul di suatu tempat
dimana terdapat lebih dari 40 orang, antara lain kepala-kepala kampung di
Ternate dan Tidore serta pegawai-pegwai pemerintah serta orang jepang lainya.
Kemudian Kepala Pemerintah Jepang yang selalu melindungi beliau,juga terhadap
orang-orang jepang lainya mengatakan ;’’
Tuan-tuan, perang sudah selesai (sebelumnya kami tidak mengetahui adanya kapitulasi
Jepang dan kami harus pergi dari Ternate.
Tuan-tuan harus pilih kepala daerah untuk menggantikan kami’’
Maka
ketika itu diusulkan 3 orang calon yaitu : beliau sendiri (dr.Chasan Boesoirie,
Selamet; seorang
penyuluh pertanian, dan Arnold Mononutu,; seorang politikus yang pernah
bersama-sama bung Hatta di negeri Belanda yang dikemudian hari menjadi Menteri
Penerangan Kabinet R.I.S.
Dari
ketiga calon ini, dr. Chasan Boesoirie
terpilih sebagai Kepala Daerah dengan mendapat suara terbanyak, sehingga beliau
menerima penyerahan Pemerintahan dari Jepang dan meminta Slamet dan Arnold
Mononutu untuk membantu beliau dalam tugas menata pemerintahan di Ternate.
Masa
Peralihan
Belum
seminggu menjabat menjadi Kepala daerah ad interim, dr.Chasan Boesoirie mendapat
panggilan dari Sultan Ternate yang berada di Morotai, bekas markas besar
Jebderal Mac Arthur. Dengan
menggunakan perahu Beliau berangkat ke Daruba (Morotai) yang memakan waktu 5
hari perjalanan. Sampai disana beliau di terima oleh Sultan yang saat itu
berpangkat letnan colonel (residen Maluku Utara). Pada saat beliau brada di
morotai baru beliau mendengar tentang Sutan Sjahrir, tetapi kurang jelas
tentang adanya Proklamasi kemerdekaan. Hal ini dikarenakan dr.Chasan Boesoirie
dan teman-temannya benar-benar terisolasi dari bagian Indonesia lainya. Di Daruba, beliau
diintrogasi oleh seorang kapten intel Belanda. Ditanyakan mengapa tidak
mematuhi perintah Van Mook untuk lari ke morotai, dan beliau hanya mengatakan ;
‘’tuan adalah seorang militer dan saya seorang dokter. Tuan tidak akan
mengerti, di satu pihak tuan harus membunuh banyak musuh sedangkan saya harus
menyelamatkan banyak jiwa..’’.
Bulan
September 1945, sultan kembali ke Ternate dengan 2 koervet Australia. Dr. chsan boesoirie
segara mmberitahukan kawan-kawannya agar berkumpul dilapangan Tennis Ternate.
Beliau membawa bendera Merah Putih dan mengibarkannya. Sultan datang dikawal serdadu Australia dan beberapa opsir Nederlands Indies Civil Administration (N.I.C.A).
mereka memerintahkan untuk menurunkan Dwi Warna, tetapi dr.Chasan Boesoirie
bersama-sama kawan-kawannya menolak. Seorang opsir Australia maju kedepan kemudian
menurunkan bendera Merah Putih, segera beliau komandankan untuk menyanyikan
lagu Indonesia Raya. Pusung, seorang guru H.I.S maju ke depan
mengumandangkan bersama-sama lagu Kebangsaan Indonesia Raya, dan pada saat itu
mereka semua merasa sedih melihat Sang Dwi Warna di turunkan.
Pada
bulan Desember 1945, beliau bersama Arnol Mononutu dipanggil oleh Sultan. Oleh
Sultan Mereka di anjurkan untuk membentuk suatu Partai bercorak rijksverband untuk mencapai Kemerdekaan.
Ahirnya beliau (dr.Chasan Boesoirie) bersikap Akomodatif. N.I.C.A tahu bahwa
dr.Chasan Boesoiria adalah seorang Republiken karena di rumah beliau terpancang
bendera besar Merah Putih yang jelas terlihat dari jalan.
Partai
yang didirikan oleh dr.Chasan Boesoirie Cs itu di beri nama partai persatuan Indonesi yang di ketuai
oleh seorang eks Digulisi.
Bulan
Februari 1946, anggaran dasar di rubah ‘’rijksverband menuntut kemerdekaan
penuh. Dr.Chasan Boesoirie di pilih
sebagai ketua, dan Arnol monotu sebagai
sekertri. Bagian Pemuda diketuai oleh Abdjan Soleman yang beberapa tahun
yang lalu menjabat Rohisdam Siliwangi. Mereka saling kenal karena ayahnya
menjabat sebagai kepala distrik di weda, seorang mitra perjuangan sewaktu
beliau menjadi dokter di sana.
Tanggal
30 April 1946, bertepatan dengan hari ulang tahun Ratu Juliana I, beliau
disodori telegram yang menyatakan bahwa beliau dipindahkan ke Tanah Merah
dengan segera, akan tetapi beliau menolaknya. Telegram kedua menyusul disertai
dengan kata ‘’imperatif’’ (harus) bahwa belaiau harus segera ke merauke baru ke
Tanah Merah yang letaknya jauh dari Digul..
Sebagai
seorang dokter satu-satunya, dr. Chasan Boesoirie di terima oleh seluruh
lapisan masyarakat dari Sultan sampai Rakyat Jelata. Beliau dipilih menjadi
anggota dewan kota dan wakil wali kota, juga dipilih menjadi ketua dewan Maluku
Utara, sehingga disegani oleh N.I.C.A. orang Belanda pernah menamakan beliau
;’’De
ongekroon Sultan van Ternate ( Sultan
Ternate tak bermahkota
)’’.
Menjelang
konferensi Malino tanggal 16 Juni 1946, dr. Chasan Boesoirie bersama
seorang bestuurambtenaar dari
Tidore, juga seorang progresif simpatisan P.I, dipilih oleh kepala kampong
Ternate dan tidore sebagai wakil Maluku Utara ke Malino. Semua daerah Indonesia
Timur dan Bali sampe Flores dan Irian Barat
terwakili. Yang menjadi ketua konferensi adalah Van Mook. Disanalah nama Irian
pertama kali diperkenalkan oleh Wakilnya. Irian
berarti tanahpanas , semua daerah mengemukakan keinginannya dan dijamin bebas.
Masa Pasca
Kemerdekaan
Setibanya
beliau di Bandung,
beliau merasa bahwa dirinya layak sebagai seorang dukun, karena slama hidup di
Ternate beliau merasa sangat terisolasi dari dunia Kedokteran.
Tahun
1952, pada saat adanya gerakan menjadikan Maluku Utara menjadi suatu provinsi
(Maluku Utara memisahkan diri dari Maluku Selatan), datang sebuah delegasi dari Maluku Utarak
Bandung untuk meminta kesediaan beliau menjadi Gubernur. Beliau menolak dengan
mengatakan ‘’ Politisi masih banyak tetapi medisi sangat kurang, jadi pilihan
saya adalah tetap menjadi dokter’’ demikian kata beliau saat itu. Tetapi beliau
sempat diminta menjadi anggota delegasi
Maluku Utara pada Musyawarah Nasional (munas) di Jakarta.
Sultan
Ternate pernah menerima surat dari Soumokil Presiden dari apa yang dinamakan
Republik Maluku Selatan (RMS) untuk bergabung tetapi beliau (sulatan Ternate) menolak.
Perjalanan
demi perjalanan karier beliau di dunia kedokteran selama di Bandung ,
beliau menjalaninya dengan penuh semangat tanpa mengenal apa itu lelah, di
beri tanggung jawab sebagai pimpinan di beberapa Rumah Sakit yang selalu saja peralatannya sangat terbatas, tetapi beliau
tetap menjalaninya sampai tiba masa pensiunan beliau.
Penutup
Bersama
dengan Istri tercinta, beliau mengarungi kehidupan ini menuju pantai bahagia
dengan berbagai godaan, hambatan yang silih berganti, dihadapai bersama secara
bahu membahu. Beliau sangat bersyukur telah memiliki harta yang sangat
berharga, yaitu anak-anak beliau yang telah berhasil menyelesaikan sekolahnya
sampai ke jenjang perguruan tinggi dan masing-masing telah membina bahtera
keluarga menempuh gelombang kehidupannya. Dari mereka semua ini, beliau
dikaruniai 27 orang cucu dan seorang cicit (masa pernikahan 60 tahun). Semua
yang beliau riwayatkan di atas mustahil bisa terjadi dan terlaksana tanpa pendamping
yang sholihah dan sangat setia, yaitu istri beliau, pilihan pertama dan
terakhir hingga akhir hayat. Hanya dengan mengucapkan syukur alhamdulillah atas semua yang telah beliau laksnakan dengan keikhlasan, semoga menjadi
panutan buat kita semua dalam menjalani kehidupan kita sehari-hari.
Sebagai
memori yang tak akan terlupakan, nama
‘’Chasan Boesoirie’’ telah di abadikan sebagai nama Jalan, Sekolah dan Rumah Sakit
yang ada di Kota Ternate Provinsi Maluku Utara.
Ucapan
Terima Kasih saya persembahkan buat
;
- Keluarga Besar Dr. H. Chasan Boesoirie atas dedikasinya sehingga telah terselesainya catatan singkat tentang sejarah sepak terjang sosok seorang Dr.H.Chasan Boesoirie di Maluku Utara.
- Terima Kasih buat dr. M.Zein Pattiiha, Sp.PD yang telah memberikan informasi tentang keberadaan keluarga besar Dr.H.Chasan Boesoirie.
Sebagai kata penutup ’’ apalah arti
sebuah nama kalau kita tidak tau dari mana asal usul nama tersebut ‘’……
Semoga
catatan biografi sosok seorang tokoh ini
bisa membuka wawasan kita untuk menghargai para pejuang kita tempo doeloe dan
menjadikan mereka sebagai Pahlawan ….
DAFTAR
KELUARGA Dr.H.CHASAN BOESOIRIE, Sp.THT
NAMA :
Dr. H. CHASAN BOESOIRIE, Sp.THT
TEMPAT/TGL LAHIR : SEMARANG,
13 AGUSTUS 1910
MENINGGAL : BANDUNG, 24 FEBRUARI 1999
ISTRI :
HJ. ST. AISJAH
TEMPAT/TGL LAHIR : BANDUNG,
12 DESEMBER 1916
MENINGGAL :
BANDUNG, 28
APRIL 2001
PUTRA-PUTRI Dr. H. CHASAN BOESOIRIE,
Sp.THT
No
|
N
a m a
|
Tempat/ Tgl Lahir
|
1
|
St. Chasanah, SH
|
Surabaya, 22 Juli 1937
|
2
|
Dra. St. Muthmainnah
|
Weda, 30 September 1939
|
3
|
St. Zubaidah, SE
|
Ternate, 30 Desember 1941
|
4
|
DR. St. Marliah,Dra,Psi
|
Ternate, 24 Agustus 1943
|
5
|
St. Roliah, SE
|
Ternate, 8 Januari 1945
|
6
|
Prof.DR.Dr. M. Thaufiq S
Boesoirie,MSc,Sp.THT
|
Ternate, 29 Mei 1947
|
7
|
Dr. M. Cholid Boesoirie (Alm.24 April
2002)
|
Ternate, 12 Januari 1949
|
8
|
M. Kodrat Boesoirie (Alm. 23 Februari
1950)
|
Bandung, 22 Februari 1950
|
9
|
Dr. M. Rafiq Boesoirie, Sp.An
|
Bandung, 8 September 1951
|
10
|
Dr. M. Kautsar Boesoirie, Sp.M
|
Bandung, 30 April 1953
|
Nama Chasan
Boesoirie Yang di abadikan di beberapa Fasilitas antara lain:
- Nama Jalan yang terletak di pusat Kota Ternate, yaitu Kelurahan Gamalama mulai dari Sekolah Cina lurus ke utara sampai masjid muttaqin
- Nama Sekolah Dasar; SD Hasan Boesoirie, terletak di kelurahan Maliaro Kota Ternate Tengah
- Nama RSU Ternate yang juga merupakan salah satu rumah sakit pusat rujukan yang ada di provinsi maluku utara yaitu; RSUD Dr.H.Chasan Boesoirie Ternate....
Nice info. Saya keponakan dari istrinya Dr. M. Rafiq Boesoirie. Keluarga saya bilang kalau Uwa Rafiq (sebutan saya untuk Dr. Rafiq) adalah anak seorang Dokter terkenal dimasanya. Saya tinggal di cimahi seperti istri Dr. Chasan Boesoirie. Saya penasaran & mulai searching di google bertemulah dengan info ini hehehe. Salam kenal ;)
BalasHapusIya benar skali Febby... Pak Taufiq adalah Putra Ke VI yang lahirnya di Ternate ...seperti yg dicantumkan pada dftar keluarga besar Dr. Chasan Boesoirie..... Kami semua khususnya Masyarakat di Maluku Utara sangat bangga dgn mempunyai sosok seorang Pahlawan kami yaitu Bapak Dr. H.Chasan Boesoirie yg skarang di abadikan namanya di beberapa fasilitas termasuk Rumah sakit Umum kebanggaan masyarakat Maluku Utara itu sendiri.....yaitu RSUD Dr. Chasan Boesoirie Ternate...terima kasih n salam kenal juga ya.... (by://..Udhy Rusdy/ Bag. Perencanaan dan Pengembangan RSUD Dr. H.Chasan Boesoirie Ternate..)
HapusBang Udhy.. Adakah Foto Sosok Seorang Chasan Boesoirie tersebut. Ataw foto keluarga yg bisa dilihat atw dipublikasikan sebagai sosok Chasan Boesoirie
HapusSaya beruntung kenal dan lumayan dekat dengan dr. M. Kautsar Boesoirie., Sp. M., MM .. Luar biasa sekali sosok beliau cerdas, humble, dan diteil bgt.... Beliau juga Mantan Direktur cicendo bandung.... Saya melihat buah jatuh tidak jauh dari pohonnya..
BalasHapusIya benar sekali Pak Dadang ... makasih ya atas ksempatan melirik catatan singkat ini.. hehehe.. salam santun ya..
HapusJiwa kejuangan dan rela berkorban/patriotism almarhum patut dan layak diwarisi oleh segenap generasi penerus masa kini...teladan...bagi kami rakyat Maluku Utara...beliau adalah pahlawan...!!!
BalasHapusadakah buku biografi dr.chasan boesoirie??
BalasHapusMakasi dengan biografi singkat yang di ulas ini..setidak ini bisa jadi bahan referensi bagi generasi muda di Malut tetkait dengan sosok fenomenal ini untuk kepentingan ilmiah..luar buasa saluttt..
BalasHapusBang Udhy salam kenal
BalasHapusSaya M.Nashar putra dari Siti Chasanah cucunya dr Chasan Boesoerie dan Muhammad Rafizal adalah putra sy jd cicit dari beliau. Terima kasih atas tulisanya mengenai kakek saya semoga kita ada kesempatan utk bs bertemu ya
Salam M. Nashar
Salam saudaraku Muhammad Nashar..
HapusSubhanallah.. tak menyangka kalo sepotong catatan ini bisa menjalin tali silaturrahim kita walau hanya lewat media ini.. kami sangat bangga dan hormat dengan beliau yang merupakan sosok Pahlawan yang bagi kami adalah Pahlawan Besar untuk daerah kami Maluku Utara..
smoga seluruh keluarganya sehat selalu , Inshaa Allah..
salam sayang kami dari jauh ujung Nusantara buat seluruh keluarga Dr. H.Chasan Boesoirie
Makasih bang Udy, sudah berbagi referensi š
BalasHapusTahun 1981 alm (Prof Chasan Boesoirie) masih memberi kuliah Etika Kedokteran (berarti usia 71 thn), tubuh tinggi, agak kurus (mungkin krn usia), tapi suaranya tetap keras meski tanpa bantuan mic. Baru tau skrg cerita kepahlawanan dosen FK-Unpad ini. Kaget, kagum dan terharu. Alfatihah..buat guru sy, semoga surga bagi almarhum atas bakti kemanusiaan sepanjang hidupnya.
BalasHapusHarrah's Lake Tahoe Casino & Hotel - Mapyro
BalasHapusWelcome to Harrah's Lake Tahoe Casino & Hotel. We have over 80+ slot machines, live ģ¶©ģ²ė¶ė ģ¶ģ„ė§ģ¬ģ§ entertainment, a popular poker room, and a ģź·ķ¬ ģ¶ģ„ģė§ casino with ģģ“ ģ¶ģ„ģė§ over 2,000 games. Rating: 3.7 ź°ģė ģ¶ģ„ģµ · 22 reviews ź³ė£” ģ¶ģ„ģė§